KULINER. Tape Uli: Manisnya Warisan, Hangatnya Kasih Sayang

Image
     Tape uli adalah salah satu k ue tradisional Betawi yang memiliki kekayaan rasa sekaligus makna. P erpaduan antara uli ketan yang gurih dan tape singkong yang manis-asam. Sekilas sederhana, tetapi di dalamnya tersimpan nilai kasih sayang, kebersamaan, dan warisan budaya yang tak ternilai. Sejak dahulu, tape uli sering disajikan dalam acara keluarga, menjadi simbol kehangatan dan kerukunan. Setiap proses pembuatannya mengajarkan kesabaran, ketelitian, sekaligus cinta yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di tengah gempuran makanan modern, menjaga tape uli berarti menjaga jati diri. Melestarikan kue tradisional ini bukan sekadar mempertahankan rasa, melainkan merawat kenangan, menghargai leluhur, serta menanamkan kebanggaan budaya pada anak cucu. Mari kita jaga warisan ini. Karena melalui sepiring tape uli, kita belajar bahwa cinta pada budaya dimulai dari hal-hal sederhana, dari meja makan keluarga, hingga ke hati yang penuh kasih.   Order Tape Uli: 08527...

Literasi Sekolah, Buku Kelas Tanpa Batas


KATA PENGANTAR
Susan Sovia (Direktur Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe)
Belajar Dimana Saja, Pada Siapa Saja

Peter Senge (1990) mengemukakan bahwa pembelajaran terjadi bila individu secara teratur diberikan ruang untuk menemukan dan mengkreasikan realitas yang dihadapi atau dipelajarinya. 
Apakah pembelajaran yang dilakukan guru selama ini benar benar terjadi seperti yang dikemukakan Peter Senge? Apakah siswa dapat menemukan dan mengkreasikan realitas jika melulu berada di ruang kelas yang terbatas dengan sekat-sekat? Apakah siswa dapat memahami sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya? Memiliki persepsi yang berbeda terhadap realitas yang dihadapinya?
Sayangnya, kita lebih sering mengkaitkan ketidak berhasilan pendidikan akibat kecilnya gaji guru, kurangnya fasilitas sekolah, kurikulum yang selalu berubah dan berbagai macam alasan lainnya. Ketimbang mencari solusi bagaimana agar proses pembelajaran yang tertinggal bisa lebih bermakna, produktif dan menghasilkan generasi baru yang memiliki mental positif.  


Berbagai macam alasan dikemukan kenapa pembelajaran tidak benar-benar terjadi karena banyaknya hambatan yang menyebabkan proses pembelajaran tidak berjalan lancar, pelatihan guru yang tidak tidak sesuai harapan, kondisi lapangan yang tidak memungkinkan, dan faktor kompleksitas lainnya yang menyebabkan pembelajaran tidak tuntas. Agar pembelajaran sesuai dengan harapan, hendaknya sebagai guru kita harus menghapus paradigma bahwa otoritas adalah yang paling tau dan paling menguasai masalah. Belajar dari mana saja dan oleh siapa saja memberikan ruang kepada kita agar bisa belajar dari kesalahan, menemukan persepsi yang berbeda dari orang lain, belajar dari kejadian yang dialami untuk meningkatkan pembelajaran kita selama ini.   


Buku yang di tulis oleh Gunawan ini, mencoba untuk memberikan gambaran apa yang bisa dilakukan oleh para guru. Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan melihat langsung realitas ketika berada diluar dinding ruang kelas dan bertemu orang banyak yang berbeda profesi dan identitas. Walaupun bisa dikatakan guru muda yang belum panjang pengalaman mengajarnya, namun Gunawan mampu menciptakan best practise melalui kegiatan “kelas tanpa batas” yang memberikan kesan mendalam bagi Gunawan sendiri sebagai guru maupun siswanya. 

Selamat Membaca!

Comments

Popular posts from this blog

Berdialog Dengan Sang Pencipta

Tuanku Imam Bonjol dan Sulawesi Utara

Tari Katrili Perpaduan Budaya Minahasa Eropa