Surat Untuk Maina
Surat untuk
sahabatku, Maina Sara ....
Lucu rasanya
menulis surat untukmu karena kita selalu bertemu. Namun aku tak pernah mengungkapkan
kekaguman padamu. Khawatir dirimu tersinggung dan berprasangka buruk. Karena
kamu wanita tangguh yang tak sudi orang berbelas kasihan karena
ketidaksempurnaanmu.
Lewat surat ini,
aku ingin menyampaikan rasa terimakasih padamu karena telah mengajarkan tentang
rasa syukur dan memanfaatkan kesempatan.
Sahabatku, Maina Sara ....
Saat aku
berkeluh kesah tentang momongan yang tak kunjung datang, engkau mengajarkan rasa
syukur, dengan melihat dirimu yang sampai saat ini belum memiliki
pasangan.
Saat aku dan
teman-teman mengeluh dengan pekerjaan yang melelahkan, lagi-lagi engkau mengajarkan
rasa syukur ketika kami melihatmu bekerja tanpa kenal lelah dengan kaki yang
tak sempurna.
Sahabatku,
sebagai seorang guru, aku tahu engkau pasti ingin sekali bermain, berputar,
berlari dan melakukan berbagai macam permainan bersama murid-murid di dalam
kelas maupun di halaman. Namun jangankan berlari, berjalan pun butuh
perjuangan. Dengan terseok-seok kamu harus menaiki tangga yang cukup terjal
untuk sampai ke ruang kelas. Akan tetapi, semangat dan kreatifitas mengajar
yang engkau miliki membuat siswa dan rekan guru lain termotivasi dan terinspirasi
untuk melakukan banyak hal.
Sahabatku, Maina
Sara ...
Ketika orang
lain takut untuk berkompetisi, tak punya nyali untuk diseleksi, engkau mengajarkan
bagaimana memanfaatkan kesempatan walaupun dalam keterbatasan. Dengan tekat
bulat dan semangat yang tinggi mendedikasikan diri sebagai guru, mengantarkanmu
menuju Finlandia. Negara terbaik di dunia dalam bidang pendidikan. Kita tak
pernah menyangka bisa menginjakkan kaki ke sana, bermimpi pun tak pernah!
Sahabatku Maina
Sara ...
Masih ingatkah kamu dengan foto ini? ketika itu, kita menyusuri hamparan salju menuju kampus Tampere Finlandia dengan kursi roda yang selalu membawamu, menyeberangi jalan, menaiki bus, memasuki gedung, mall, kafe, bahkan second shop tempat kita sering berbelanja. Rasanya tidak ada kesulitan yang sangat berarti bagi orang sepertimu. Dirimu mampu mengakses berbagai tempat dengan fasilitas yang disediakan. Negara ini sangat ramah bagi penyandang disabilitas. Kesempatan itu tak disia-siakan. Kamu memanfaatkan sebaik-baiknya fasilitas yang diberikan. Berkeliling kota dengan bus umum yang punya pintu dan kursi khusus bagi penyandang disabilitas. Dalam bus kita berkhayal ... andai saja negara kita memberikan fasilitas untuk mempermudah penyandang disabilitas, tentu tidak banyak orang yang putus asa untuk sekolah atau bekerja. Tidak ada orang cacat yang memanfaatkan kecacatannya untuk meminta-minta.
Sahabatku Maina
Sara ....
Aku selalu teringat kata-katamu,
"Andai
tidak ada orang sepertiku maka tidak ada orang yang bisa belajar tentang rasa
syukur. Aku hanya contoh yang Allah berikan agar orang lain bisa belajar dari
apa yang aku alami."
Terima kasih sahabatku, Maina Sara. Semoga engkau selalu bermanfaat untuk
banyak orang. Menjadi guru yang menginspirasi dan tetap bersyukur dengan
keterbatasan.
Salam sayang dari sahabatmu,
Musim Duren, 2018
Susan Sovia
*Di tulis saat Maina Sara menjadi guru
di Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe
Comments
Post a Comment