Mengingat Kematian
Rumah Masa Depan
Setiap tahun menjelang puasa Ramadhan, setiap komplek pemakaman dipenuhi
manusia hidup yang datang untuk mengunjungi sanak family yang telah mendahului meninggalkan
dunia ini (mati). Sejatinya ziarah kubur adalah untuk mengingatkan pada
kematian. Banyak nasehat bijak tentang kematian yang mengatakan “Jalanilah hari
mu seakan kamu akan mati besok” klise, fakta nya tidak ada yang benar-benar
melakukannya. Termasuk saya. Hari itu, saya mengunjungi komplek pemakaman dimana
keluarga saya dimakamkan karena tradisi tahunan. Seperti yang orang-orang lakukan.
Namun demikian, selalu terlintas dalam pikiran, bahwa tanah ini adalah rumah
masa depan saya, setelah saya selesai menjalani kehidupan.
Di tanah itu, ada ayah saya, Abdullah. Beliau meninggal dunia pada Desember
1993 di usia saya yang masih remaja. Adik saya, Robby Andriansyah meninggal
dunia pada Maret 2009 di usianya yang masih belia. Keduanya, dimakamkan di
Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Merdeka Gang Asgo Rambutan Jakarta Timur.
Sedangkan kakek saya H. Ramelih wafat pada Januari 2010 dan nenek saya Hj.
Yatimah wafat pada 2019, keduanya dimakamkan dalam satu makam yang sama di TPU Pondok Ranggon Jakarta Timur.
Saya ingin dimakamkan satu komplek dengan nenek dan kakek saya. Selain tempatnya
luas, juga multikultural, berbagai agama, suku dan etnis dimakamkan disana. Kematian
adalah ramalan yang tidak pernah meleset. Semua orang pasti akan merasakan
mati. Mati itu pasti namun menjadi dewasa dan bijak belum tentu pasti. Semoga sebelum kematian menghampiri, saya telah melawati tahap bertumbuh menjadi dewasa, menggunakan akal sehat dengan
sebaik-baiknya, menjalani hidup dengan bijak dan bermanfaat. Selamat menjalankan Ibadah Ramadhan.
Tomohon Kota Bunga dan 1000 Salib,
1 Ramadhan 1444 H/23 Maret 2023
Comments
Post a Comment